Selasa, 4 Oktober 2011

07 di kampar - Google Blog Search

07 di kampar - Google Blog Search


CIPTAKAN PEMILUKADA DAMAI <b>DI KAMPAR</b> membangun <b>...</b>

Posted: 01 Oct 2011 05:43 AM PDT

TIGA pasang calon bupati/wakil bupati dalam pemilihan umum kepala daerah (PEMILUKADA ) Kabupaten Kampar sudan ditetapkan dan ketiga pasang itu beragama Islam. Sebagai sesama muslim dan didorong oleh perintah Allah SWT agar kita "saling mengingatkan pada kebenaran" (al-Ashr) saya ingin menyampaikan saran kepada ketiga pasang calon.

Kerja Ibadah

Saran dimulai dengan satu pertanyaan besar, yakni untuk apa manusia diciptakan al-Khalik. Jawaban atas pertanyaan itu tercantum dalam firman Allah SWT yang terjemahannya berbunyi :" Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku" (QS 51:56). Struktur kalimat yang dimulai dengan kata negatif (tidak) lalu diikuti kata pengecualian (melainkan ) dalam bahasa Arab memberi pengertian hanyalah , satu-satunya ( the only) atau kata semakna, sehinga ayat tadi maksudnya "Aku ciptakan jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepada-Ku". Jadi beribadah kepada-Nya merupakan satu-satunya tugas manusia. Bila ada yang tidak melakukan itu berarti ia mengingkari hakekat penciptaannya dengan segala resikonya.

Ada dua macam ibadah yaitu pertama, ibadah yang berupa hubungan langsung manusia dengan Allah (disebut ibadah mahdhah) seperti salat; kedua, ibadah yang terjadi sebagi akibat dari interaksi sosial dan karena bisa menimbulkan kerja bernilai ibadah, ia biasa disebut ibadah sosial. seperti membantu korban banjir sepanjang diniatkan semata-mata mengharap ridha Allah dan tidak ada agenda tersembunyi di balik itu. Kalau ada , kerja itu menjadi riya' dan sia-sia (QS 2:264).

Ibadah jenis ini amatlah banyak dan dapat dilakukan semua orang Islam apalagi oleh para pejabat seperti bupati/wakil bupati, Keduanya memiliki kesempatan luas untuk melakukannya. Dengan wewenang dan informasi yang dimiliki mereka dapat mengidentifikasi masalah rakyat dan merumuskan solusinya melalui program-program, misalnya, mengurangi jumlah orang miskin, memberi kesempatan belajar bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, menciptakan lapangan kerja dan banyak lainnya. Sungguh rugi bila kesempakan mengoleksi banyak pahala ini disia-siakan.

Ketika program-program disusun dan dilaksanakan dengan niat mencari ridha Allah semata (tidak cari nama, misalnya), kerja itu Insya Allah dicatat malaikat sebagai ibadah, Yang perlu dilawan adalah godaan kekuasaan yang bisa menjerumuskan orang pada perbuatan melawan hukum seperi menerima suap dsb. Namun seorang pejabat atau siapa saja boleh bertambah kekayaannya sepanjang merupakan akumulasi dari pendapatan yang sah dan halal, bukan tumpukan 'penghasilan' dari perbuatan melawan hukum.

Konseksensi Ketika kerja sebagai bupati/wakil bupati diniatkan sebagai kerja ibadah, maka kegiatan mencapai jabatan itu jangan terkontaminasi oleh perbuatan-perbuatan kotor, yaitu perbuatan yang melanggar hukum baik hukum positif apalagi hukum syariah. Dalam rangka mencapai jabatan tersebut setidaknya lima hal perlu dihindari (sebut saja lima tidak):

Pertama, tidak menggunakan dana ilegal mulai dari masa sosialisasi figur sampai masa kampanye. Bagi Islam sesuatu yang baik haruslah dicapai dengan cara yang baik pula

Bila tidak kerja dengan niat beribadah tidak akan kesampaian laksana membayar ongkos naik haji dengan dana hasil korupsi;

.

Kedua, tidak melakukan money politics (politik uang) karena perbuatan itu sama saja dengan menyuap orang untuk mendapatkan suara. "Penyuap dan penerima suap masuk neraka", tegas Nabi. Janganlah demi kepentingan sendiri yaitu menperoleh suara, orang lain (calon pemilih) terbebani dosa.

Ketiga, tidak mengobral janji yang tidak mungkin direalisasikan tetapi dilontarkan juga demi menarik suara pemilih. Sang pemangkir janji dituntut pertanggunganjawabannya kelak di akhirat (lihat QS 17:34). Nabi menyebutnya orang munafik dan tempatnya di kerak neraka paling bawah. Dalam konteks demokrasi yang masyarakatnya sudah cerdas, sang pemangkir janji akan kehilangan kredibilitas dan karir selanjutnya mandek.. Bukankah pepatah mengatakan 'sekali lancung keujian seumur hidup orang tak percaya'

Keempat, tidak menganut faham 'tujuan menghalalkan cara ' (the end justifies the mean), karena faham ini berbenturan dengan moralitas agama. Menjadikannya sebagai rujukan, segala cara bahkan yang buruk sekali pun akan ditempuh, seperti menebar fitnah guna menjatuhkan lawan, menghidup-suburkan kebencian, kedengkian dsb yang dalam politik biasa disebut black campaign. Bila ini dilakukan, persatuan akan retak dan yang berkembang kemudian adalah konflik, bahkan konflik horizontal antar pendukung. Kondisi buruk ini dapat dihindari sepanjang para calon tidak menganggap Pemilukada ini sebagai pertarungan hidup-mati. Bukankah Tuhan menegaskan bumi-Nya amatlah luas, maka yang kalah hendaknya membangun karir lain di bumi-Nya yang luas itu.

Dalam Islam berpolitik dengan tujuan mencapai kekuasaan sah-sah saja, dan bersaing guna mencapai kekuasaan itu juga dibenarkan sepanjang persaingan itu tidak merusak ukhuwwah (baca: persatuan) dan tetap mengindahkan moralitas Islam. Setiap kontestan sudah tentu ingin menang, akan tetapi kemenangan yang diperoleh haruslah tidak dengan membeberkan kelemahan pesaing, tetapi lebih mengekspos track record atau keberhasilan yang pernah dicapai.

Kelima, tidak menghujat KPUD dan/atau PANWASLUDA bila kalah, sepanjang kedua institusi itu bekerja sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Selanjutnya, sebagai demokrat sejati, yang kalah mengakui kemenangan rivalnya sambil berbesar hati mengucapkan selamat.kepadanya. Itulah tradisi demokrasi!

Sebagai penutup saya ingin menghimbau seluruh masyarakat Kamar agar Pemilukada tidak menimbulkan perpecahan sebagaimana terjadi di sementara daerah. Kegiatan lima tahunan ini diselenggarakan di bagian Bumi Lancang Kuning, negeri Melayu yang Islami. Islam sendiri memiliki akar kata yang sama dengan kata salam yang berarti damai. Maka marilah kita semua bertekad membuat Pemilukada di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini berlangsung damai Meski telah terjadi persaingan atau bahkan konflik, situasi akhir hendaknya bak bunyi pepatah "biduk berlalu kiambang bertaut". Dengan mengedepankan kedamaian kegiatan politik rakyat kali ini semoga tercatat sebagai Pemilukada model. Kedengarannya terlalu ideal namun mari kita coba membuat sejarah.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan