Sabtu, 30 Julai 2011

07 di kinta - Google Blog Search

07 di kinta - Google Blog Search


<b>Kinta</b> Restafa: TEXAS BLO&#39; ON POKER PART II

Posted: 22 Jul 2011 01:50 PM PDT

Gelap, suram, dan hanya sedikit penerangan. Sesekali cahaya remang lampu templok menari  ditiup angin dalam kegelapan malam.
Tiupan angin menyapu dedaunan dan sampah plastik yang tertidur di jalanan.
"Sunyi…dan sepi… " gumam Kinta sambil mencoba merogoh korek gas dari saku jaket kulitnya.
"Bahkan masih lebih baik hutan yang baru saja kulewati malam ini. Nyanyian Jangkrik, celoteh burung Hantu,hufft..." gumam kinta kembali.
Sambil terus mencari korek gas di saku jaketnya kinta mencoba melihat sekeliling sebelum memasuki kota tersebut.
"Kota mati?" pikir Kinta dalam hati sambil memutar dan sesekali menjentik korek api yang sudah ada di tangan kanannya.
Sebenarnya Dust Town bukanlah kota besar seperti yang dibayangkan. Dust Town bahkan bukanlah sebuah Kota. Namun Dust Town bukan juga kota mati seperti yang Kinta bayangkan. Dust Town hanyalah sebuah kampung kumuh para gelandangan, perampok dan pengemis. Namun sejak perang dunia ke-3 pecah, hanya dust town lah yang tidak terkena dampak reaksi nuklir.
Sejak awal dust town memang sebuah perkampungan judi dan pelacuran kelas menengah ke bawah. Dan sejak perang dunia ke-3, banyak warga kota kaum teknokrat dan kapitalis yang mencoba keberuntungan di meja judi dust town. Dan anehnya tidak sedikit juga dari mereka yang hilang di kota tersebut tanpa jejak atau kejelasan.
"Angker…" pikir Kinta sambil mengambil rokok di saku celana kirinya.
Dan ketika Kinta mencoba membakar rokoknya, tiba-tiba…
Sepertinya sesuatu menyentuh pantat kinta. Dan suasana pun berubah semakin senyap.
"Ugh… siapa nih?" Gerutu kinta dalam hati.
Wajah Kinta sedikit memucat, bahkan rokok yang sudah tergantung dibibirnya tidak kunjung menyala meski korek gas ditangannya terus menyala. Tubuh Kinta kaku, sedikit gemetar.
"Kucing? Kok gak ada kuku? Kalaupun colak-colek, kenapa terasa terasa basah dan halus seperti bulu binatang? Pikir kinta ketakutan.
Suasana Dingin sepertinya membuat bulu kuduk Kinta merinding.
Dan tiba-tiba terdengar suara.
Tanpa pikir panjang kembali, kinta berlari sambil berteriak,
Dan satu teriakan panjang pun mengiringi lari kinta, namun lebih panjang dan cempreng.
"Waaaaaaaaaaaaaaaaaaa……."
Sambil berlari kinta tertegun dan berpikir,
"Kenapa ada suara anak kecil teriak juga, dan…" Kinta mencoba menoleh sambil memalingkan pandangannya ke belakang, serta mengurangi kecepatannya namun…
"Gubrak…" sesuatu menabrak pantat kinta.
Kinta jatuh tersungkur. Jelasnya sih jatuh nungging.
"Teerrrrrttt… pluk" korek gas ditangannya terlempar ke saluran air.
Rintih kinta sambil memegangi lipatan antara paha dan betisnya yang tertabrak. lalu mencoba menoleh kembali ke belakang untuk melihat sesuatu yang menabrak antara lipatan betis dan pahanya.
Sambil merintih kesakitan…
Seorang bocah berdiri tepat di belakang pantat kinta. Mengenakan sweater putih tebal lengkap dengan syal, sarung tangan bulu, serta helm half face kaca hitam. Dan penampilannya tampak lusuh dan kotor.Tampaknya sih kebingungan.
"Kenapa belenti lalinya om???" tanya bocah tersebut dengan wajahnya yang masih tertutup kaca hitam helm half face tersebut.
"Errrrghhh…." wajah Kinta tiba-tiba berubah garang.
Sambil menunjuk bocah tersebut, Kinta berteriak dan memasang kuda-kuda seperti pesumo Jepang yang siap duel.
Celetuk bocah tersebut kebingungan tengok kanan kiri sambil membuka kaca helm hitam yang menutupi wajahnya.
"Wew juga??? Eh…???" raut muka kinta terlihat aneh kebingungan.
"Bocah perempuan??? Di tempat sepi seperti ini??? Malam pula???"
Pikir kinta dalam hati sambil terus menatap wajah bocah perempuan tersebut.
Marah kinta sedikit mereda sepertinya, namun tiba-tiba…
"Ah eh ah eh, udah delas om yang talah, pake malah-malah tedala ladi. Atu tuh nanya cama om, kenapa belenti mendadak???" dengan nada cepat dan tinggi seperti membentak, bocah tersebut menunjuk balik wajah Kinta.
Raut muka Kinta yang semula mengiba, kemudian berubah secepat kilat seperti setan yang kesurupan…
"Ommm…?" tanya kinta sambil menunjuk batang hidungnya sendiri.
"Hmmm" sambil mengangguk bocah tersebut bertolak pinggang menunjukkan wajah tanpa bersalahnya.
"Ommm….? tanya kinta kembali sambil menunjuk batang hidungnya kembali dan membungkuk mendekati wajah bocah tersebut, namun dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya.
Dengan wajah tanpa rasa bersalah bocah perempuan tersebut menjawab,
"Pantat lata, dada lata, jelas la.dimana ti.."
Kinta tertegun lalu mencoba melihat dadanya sendiri, dan…
"Iyaaa… ini tuh bukannya…" Bocah perempuan tersebut mencoba menunjuk dan menyentuh dada kinta, namun…
"wew… kok??? cama kaya puna ma…" sambil mengetuk-ngetuk dada kinta dengan jari telunjuknya, tanpa rasa bersalah, bahkan terlihat seperti seorang profesor yang sedang berpikir keras.
Wajah kinta memerah namun sedikit kesal tersirat di raut wajahnya
"ehmm…" masih mengetuk-ngetuk bocah tersebut mencoba mengingat.
Menangis keras bocah perempuan tersebut berguling-guling di jalanan.
"Weks…??? wajah kinta terlihat kebingungan.
Dengan secepat kilat  bocah perempuan tersebut digendong dan dibawa lari kinta karena takut ada seseorang yang mendengar tangisan bocah tersebut.
Sambil berlari kinta terus berpikir "Kota ini tidak aman… aku dan anak ini dalam bahaya"
Terus berlari tak jelas arah, sesekali kinta mencoba menengok kanan dan kiri untuk mencari tempat yang aman sambil menutup mulut bocah perempuan tersebut.
"Lurus terus??? Dan hanya gang kecil di setiap rumah bertembok seng??? Ke arah mana gang-gang ini? Dimana aku harus sembunyi????"
Sambil terus berlari Kinta tampak semakin ketakutan.
Terdengar teriakan jauh dari arah belakang, sepertinya ikut mengejar, Kinta semakin panik.
Mencoba berhenti lalu menengok ke belakang, dan tampak terlihat seperti seseorang berusaha mendatanginya sambil berlari, dan…
Sebuah tendangan keras bersarang di pinggang Kinta.
"Awwhhhh???"  terperangah kinta ketika terjatuh menabrak tembok seng sebuah rumah.
Melihat bocah tersebut tersungkur dan kesakitan karena terlempar dari pelukan kinta, kinta mencoba tuk bangkit. Kedua tangannya terasa lemas ketika mencoba bertumpu layaknya seseorang yang sedang mencoba bangun dari sujudnya,
"Tes.. tes.. tes…" darah menitik dari dahi kinta.
Kinta kembali tersungkur. Beberapa detik kemudian ketika kinta mencoba memalingkan wajahnya ke tempat bocah perempuan tersebut terjatuh,
"Hilang…?" gumam kinta.
Terdengah derap langkah seseorang berjalan.
Kinta mencoba memalingkan wajahnya ke arah derap langkah tersebut.
"Hehehehe…" tawa asing terdengar dari derap langkah tersebut.
Dilihatnya dua orang asing berjalan mendekati kinta perlahan.
"Ughh…" lirih kinta sambil mencoba memastikan wajah mereka satu per satu.
Namun darah di dahinya semakin banyak. Pandangan kinta sedikit demi sedikit memudar. Dua Sosok tersebutpun semakin kabur dari pandangannya.
Dan dengan seketika semuanya terlihat gelap.
Kinta hanya masih bisa merasakan desir angin malam. Dan sedikit suara.
"Cocok Bang buat asset kita"
"Hehehehe… cocok buat suguhan tamu yang datang" balas salah satu orang yang mencelakai kinta.
"HAHAHAHAHAHA" keduanya tertawa bersamaan dan terdengar seperti kegirangan.
Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan